Sabtu, 25 Februari 2012

Karena Cinta Tidak Harus Berwujud Bunga

Suamiku adalah seorang insinyur. Aku mencintai sifatnya yang alami, lugu dan menyukai perasaan hangat yang muncul dihatiku ketika dia memandangku, menggenggam tanganku sambil mengusap lembut pipiku. Satu setengah tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, aku harus akui, bahwa aku mulai merasa lelah, alasanku mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Aku seorang wanita yang sentimental, sensitif serta berperasaan halus. Aku merindukan saat – saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah ku dapatkan. Suamiku jauh berbeda dari yang ku harapkan. Rasa sensitifnya kurang.
Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapanku akan cinta yang ideal.
Suatu hari, aku memberanikan diri untuk mengatakan keputusanku kepadanya, bahwa aku menginginkan perceraian.

“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut.

“Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang ku inginkan”.

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah – olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaanku semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa aku harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya, “ apa yang dapat aku lakukan untuk merubah pikiranmu?”.

Aku menatap matanya dalam – dalam dan menjawab dengan pelan, “Aku punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya didalam hatiku, aku akan merubah pikiranku : seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada ditebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untukku?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, “Aku akan memberikan jawabannya besok”.

Hatiku langsung gelisah mendengar responnya.
Keesokan paginya dia tidak ada dirumah, dan aku menemukan selembar kertas dengan tulisan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan….

“ Sayang, aku tidak akan mengambilkan bunga itu untukmu, tetapi ijinkan aku menjelaskan alasannya :
Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku. Aku melanjutkan untuk membacanya.
“ Kamu bisa mengetik dan selalu mengacaukan program PC-nya dan akhirnya menangis didepan monitor, aku harus memberikan jari -jariku supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya”
“ Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah. Dan aku harus memberikan kakiku supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang”.
“ Kamu selalu pegal – pegal pada waktu ‘teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan aku harus memberikan kedua tanganku untuk memijat kakimu yang pegal”.
“ Kamu senang diam di rumah, dan aku khawatir kamu akan menjadi ‘aneh’ dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal – hal lucu yang aku alami”.
“ Kamu selalu menatap layar netbookmu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu”.
"Kamu sering mengantuk dan tertidur di dalam mobil karena kecapaian, dan aku harus tetap bertahan untuk menyetir dan membangunkanmu hingga sampai tempat tujuan".
"Kamu tidak tahan dengan udara dingin, maka aku harus meminjamkan dan memakaikan jaketku di badanmu dan tidak lupa untuk menyediakan boneka di mobil yang bisa kamu peluk dan menghangatkanmu".
“ Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna – warna bunga bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu”
“ Tetapi sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku”.
“ Sayangku aku tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu”
“ Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu”.
Dan sekarang, sayang... kamu telah selesai membaca jawabanku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal dirumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri menunggu jawabanmu”.
“ Jika kamu tidak puas, biarkan aku masuk untuk membereskan barang – barangku dan aku tidak akan mempersulit hidupku. Percayalah, bahagiaku bila kamu bahagia”.

Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu segar dan jagung bakar kesukaanku. Kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur – angsur hilang dari hati kita karena merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk mengungkapkan cintanya.


For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you...
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I
I`ll be there for you...

-Memmy-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar