Jumat, 17 Februari 2012

Bukit Kasih (The Hill of Love)

Bukit Kasih adalah salah satu obyek wisata di Sulawesi Utara (Manado). Bukit Kasih berada di ketinggian 1300 meter dari permukaan laut, dan secara administratif terletak di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, tepatnya di kaki Gunung Soputan. Jaraknya sekitar 50km di selatan Kota Manado. Dari kota Manado dapat dicapai dengan kendaraan pribadi selama sekitar 1 jam. Untuk ke sana kita akan melewati Kota Tomohon. Bila belok kiri menuju ke arah Danau Tondano sedangkan bila ambil jalan lurus sekitar 20-25 menit kemudian akan tiba di Bukit Kasih. Jalannya berkelok-kelok dengan pemandangan teluk Manado disalah satu sisi jalan. Dari tempat ini, jika cuacanya cerah, akan memungkinkan kita melihat pemandangan yang sangat indah. Setelah tiba disana dan membayar restribusi Rp 3.000 per orang, kita bisa memilih tempat parkir yang cukup luas dan menemukan Tugu Bukit Kasih yang menjulang di halaman depan.

(Foto Tugu Bukit Kasih)

Tugu Bukit kasih sendiri mempunyai tinggi 22 meter berada tepat ditengah lembah yang dikelilingi oleh perbukitan. Di puncaknya terdapat Burung merpati dan bola dunia. Pada kelima sisi Tugu tersebut, terdapat simbol lima agama resmi di Indonesia dengan masing-masing cuplikan isi kitab suci (ayat) dari agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha & Hindu. Tugu ini dibuat sebagai lambang kasih dan kerukunan dari umat beragama di wilayah ini.

Saya berwisata ke Bukit Kasih ini baru sekali, yaitu pada hari Minggu, 15 Januari 2012 kemarin, bersama keluarga kakak saya. Kami mengunjungi Bukit Kasih ini setelah mengunjungi Danau Linow (tidak direncanakan sebelumnya), menggunakan kendaraan pribadi. Kami tiba di sini sekitar pukul 13.30 WITA.

Dinamakan Bukit Kasih karena disana terdapat tempat-tempat ibadah saling berdekatan, simbol bahwa semua agama dapat hidup berdampingan dalam damai dan saling mengasihi. Simbol ini sekaligus mendeskripsikan motto orang Manado dan Sulawesi Utara yang mengatakan "Torang Samua Basudara". Kita semua adalah bersaudara.Ada gereja Katolik, gereja Kristen, Vihara, Mesjid, dan Pura. Di bagian bawahnya terdapat pahatan 2 kepala orang yang dianggap sebagai nenek moyang orang Minahasa. Pemahatnya didatangkan dari Pulau Dewata. Penduduk asli selalu mengingatkan anak-anak mereka dengan menceritakan asal usul nenek moyang mereka dan penyebarannya agar mereka tidak melupakan leluhurnya.

(Foto Tempat Ibadah Agama di Bukit Kasih)

Tempat-tempat ibadah tersebut terletak di puncak bukit. Untuk mencapainya kita harus mendaki anak tangga. Untuk naik ke bukit kasih, melewati rute di belakang tugu. Awalnya masih fine saja karena jaraknya pendek-pendek, ada beberapa pos pemberhentian yang di hari-hari libur biasanya diisi oleh pedagang minuman. Jumlah anak tangga adalah 2435 (saya tidak sempat menghitung jumlah anak tangga sendiri, namun beberapa sumber mengatakan demikian).

Ada 3 puncak diareal ini yang menjadi objek wisata. Puncak yang disebelah kiri terdapat 3 patung orang Minahasa, puncak yang berada ditengah yang menjadi puncak dari Bukit Kasih ini terdapat salib besar berwarna putih dengan ketinggian sekitar 53 meter dari atas permukaan tanah dan seolah-olah menandakan agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Minahasa. Salib ini kelihatan dari Boulevard di kota Manado. Awalnya, di sekitar lokasi patung Salib ini terdapat dua buah makam yang terbuat dari batu. Makam itu merupakan makam leluhur orang Minahasa yang bernama Toar dan Limimuut. Untuk mengenangnya dibuatlah patung di Tebing dan beberapa patung manusia (Toar dan Limimuut ) di beberapa tempat di jalur di bukit Kasih ini. Salib ini juga jelas terlihat dari atas pesawat bila kita take-off dari bandara Sam Ratulangi.Hal ini kita ketahui pada pertigaan jalan. Sedangkan bila kita mengambil arah belok kanan akan menuju ke bukit yang lain dimana terdapat bangunan-bangunan ibadah dari 5 agama yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha. Di tebing terjal dibawah bangunan 5 rumah ibada terdapat patung wajah manusia pada dinding tebing (disebelah kiri ) perempuan yaitu Limimuut dan laki-laki Yaitu Toar (disebelah kanan).

(Patung wajah Toar (Kanan) & Lumimuut (Kiri) )

Turun dari tempat bangunan ibadah ini kita akan mencium bau belerang dan asap putih yang keluar serta mengepul ke udara. Sampai di bawahnya akan dijumpai kolam air panas yang suhunya cukup tinggi. Ketika itu saya memilih untuk belok kanan, yaitu bukit yang di atasnya berdiri bangunan-bangunan tempat peribadatan 5 agama. Berhenti sejenak untuk berfoto-foto disana dengan latar belakang view asap belerang. Indah sekali Bukit Kasih ini dilihat dari atas maupun bawah bukit.

Perjalananan mendaki Bukit Kasih cukup melelahkan tapi lelah itu terlupakan karena hati saya senang begitu melihat undak-undakan tangga yang kami lewati dan pemandangan alam di sekitarnya. Hawa sejuk khas perbukitan dan bau menyengat belerang dan hangat ketika dekat sumber belerang menjadi ciri khas suasana di Bukit Kasih ini. Memang tidak mudah juga untuk mencapai ketiga tempat tersebut karena posisinya yang berada di ketinggian perbukitan. Makanya, untuk memudahkan pencapaian tempat-tempat tersebut, dibangunlah jejeran tangga yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dengan memanfaatkan punggungan bukit atau lereng di sekitarnya. Anak tangga yang dilengkapi dengan pagar pada sisi kiri-kanannya ini, yang kami lewati sepanjang Bukit Kasih mampu melemparkan imajinasiku ke Great Wall yang terdapat di China. Yup! Sekilas, jalan-jalan yang kami lewati seperti ”Tembok Cina” kecil yang berliuk-liuk bentuknya.


(Foto Anak Tangga di Bukit Kasih yang Mirip The Great Wall di China)

Bagi orang muslim, bisa sholat di masjid kecil di bukit ini. Lelah setelah naik turun bukit terasa segar dengan berwudhu dibelakang mesjid kecil dengan air kran dari sumber mata air yang sangat dingin. Sejuknya dapat menghilangkan semua rasa lelah. Namun anehnya, air yang mengalir dibawah bukit, dirumah ibadah ini sangat panas, berasap dan berbau belerang. Kami menggunakan toilet dan berwudhu dengan air yang sangat panas ini. Agak menahan sakit kepanasan, terlebih bagi yang mempunyai luka di badannya seperti apa rasanya luka yang terkena air panas (seperti kakak saya waktu itu, Hehehe...). Saya tidak tahu berapa tepatnya suhu air di sini karena ketika itu saya tidak membawa thermometer. Rumah untuk ibadah di bawah bukit bangunannya seperti rumah adat Sulawesi Utara. Ketika itu saya shalat dzuhur diimami kakak saya. Disini disediakan beberapa mukena, sarung , sejadah dan surat Yasin yang disediakan untuk pengunjung. Kita juga bisa istirahat sepuasnya disini. Setelah selesai shalat dzuhur, kami beristirahat sebentar sambil menikmati jagung rebus yang hangat. Tak lama setelah itu, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah, di Pomorouw, Teling. Kurang lebih pukul 17.00 WITA kami sampai di rumah.

Nah, jika Anda kebetulan pergi atau berada di Manado, selain Danau Tondano dan Taman Laut Bunaken yang terkenal itu, Bukit Kasih bisa saya jadikan rekomendasi sebagai tempat wisata yang bisa Anda kunjungi dan nikmati di Manado.

-Memmy-

1 komentar: