Senin, 26 November 2012

Di Bawah Lindungan Ka’bah, Kisah Cinta Berbalut Kerinduan Beralas Kepasrahan yang Mempersatukan


Film Di Bawah Lindungan Ka’bah merupakan sebuah film yang disutradarai oleh Hanny R. Saputra dan merupakan sebuah film yang diangkat dari novel Di Bawah Lindungan Ka’bah yang ditulis oleh Prof. DR. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang lebih dikenal sebagai HAMKA. Film ini dirilis dan tayang di layar lebar pada 25 Agustus 2011 oleh rumah produksi MD Pictures. Film ini dibintangi oleh aktor dan artis professional Indonesia yaitu Didi Petet sebagai ayah Zaenab, Widyawati Sophian sebagai Ibu Zaenab, Herjunot Ali sebagai Hamid, Laudya Cintya Bella sebagai Zaenab, serta aktor – artis lain yaitu Niken Anjani, Tarra Budiman, Jenny Rachman, Leroy Osmani, Ajun Perwira, Akhmad Setyadi.

"Di Bawah Lindungan Ka’bah" bercerita tentang kisah cinta tak sampai antara kedua tokoh protagonis, Hamid dan Zainab. Inilah sebuah film mengenai kisah cinta yang dikemas dan menonjolkan nilai religius yang takkan pernah lekang oleh waktu. Cinta yang berjarak antara Sumatera ke Makkah. Kepedihan yang berlandaskan pada rasa berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Ketidaksanggupan masing-masing untuk menjembatani jarak yang ada; baik ruang maupun waktu, adat, agama, maupun atas nama kepatuhan pada orang tua, membuat mereka tenggelam dalam deritanya masing-masing. Akan cinta yang merindu-dendam, menanti tak tentu.


Setting film ini adalah di Padang pada awal abad ke-20 dengan teknologi transportasi maupun komunikasi yang masih jauh tertinggal dibandingkan sekarang. That's what we called as parental complex syndrome; saat orang tua selalu merasa lebih tahu daripada anaknya. Bahwa mereka lebih berpengalaman, lebih berhak (dan karenanya wajib) untuk didengar, serta lebih bisa menentukan apakah makna kebahagiaan sesungguhnya. Dan seringkali kebahagiaan yang dimaksudkan itu lebih berdasarkan pada definisinya sendiri. Misalkan menjodohkan sang anak dengan putra-putri teman; atau sanak yang kaya raya; atau terhormat dan sebagainya.

Hamid (Herjunot Ali) adalah seorang pemuda tampan, cerdas, saleh, yatim, berbudi pekerti tinggi namun terlahir dengan keadaan ekonomi yang kurang. Dia tinggal bersama ibunya. Kemudian diangkat oleh keluarga Haji Ja’far yang kaya. Perhatian Haji Ja’far, istrinya yaitu Asiah, terhadap Hamid sangat baik. Hamid dianggap sebagai anak mereka sendiri. Mereka sangat menyayanginya sebab Hamid sangat rajin, sopan, berbudi, serta taat beragama. Itulah sebabnya, Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab, anak kandung Haji Ja’far.Sejak kecil Hamid dan Zainab selalu bermain bersama. Mereka sering pergi sekolah, bermain bersama di sekolah ataupun pulang sekolah.



Dilema mulai mewarnai kehidupan Hamid ketika ia jatuh cinta dengan Zainab (Laudya Chyntia Bella), puteri jelita semata wayang dari Haji Jafar. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing mulai tumbuh perasaan lain. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik, seperti yang selama ini dia rasakan. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa di antara mereka terdapat tembok pemisah. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab. Itulah sebabnya, rasa cintanya yang dalam terhadap Zainab hanya dipendamnya saja. Tembok pemisah itu semakin hari semakin dirasakan Hamid. Dalam waktu bersamaan, Hamid mengalami peristiwa pilu. Peristiwa pertama adalah meninggalnya Haji Ja’far, ayah angkatnya yang sangat berjasa menolong hidupnya selama ini. Tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal dunia. Tidak hanya berhenti disitu, berbagai cobaan yang mendera hubungan keduanya: Hamid diusir dari kampungnya setelah dituduh telah ‘menyentuh’ Zainab secara tidak sopan. Puncak kepedihan hatinya ketika ibu Zainab, Asiah, mengatakan kepadanya bahwa Zainab akan dijodohkan dengan pemuda lain anak seorang saudagar kaya. Bahkan ibunya meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menerima pemuda pilihannya. Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak ibu Zainab.


Zainab sangat sedih menerima kenyataan tersebut. Dalam hatinya, ia menolak kehendak ibunya. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Hamid yang terusir dari kampung akhirnya meneruskan perjalanannya demi mewujudkan impiannya agar dapat menunaikan ibadah haji di Mekkah. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Sesampainya di Medan, dia menulis surat kepada Zainab. Dalam suratnya, dia mencurahkan isi hatinya kepada Zainab. Menerima surat itu, Zainab sangat terpukul dan sedih. Dari Medan, Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekkah. Selama ditinggalkan oleh Hamid, hati Zainab menjadi sangat tersiksa. Dia sering sakit-sakitan, semangat hidupnya terasa berkurang menahan rasa rindunya yang mendalam pada Hamid. Begitu pula dengan Hamid, dia selalu gelisah karena menahan beban rindunya pada Zainab.

Setahun sudah Hamid berada di Makkah. Betapa gembira hati Hamid bertemu dengan Saleh, teman di kampungnya. Selain sebagai teman sepermainannya semasa kecil, istri Saleh,Rosana, adalah teman dekat Zainab. Dari Saleh, dia mendapat banyak berita tentang kampungnya termasuk keadaan Zainab.Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa Zainab juga mencintainya. Sejak kepergian Hamid, Zainab sering sakit-sakitan. Dia menderita batin yang begitu mendalam, Karena suatu sebab, dia tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan ibunya, sedangkan orang yang paling dicintainya, yaitu Hamid telah pergi entah kemana. Dia selalu menunggu kedatangan Hamid dengan penuh harap. Mendengar penuturan Saleh tersebut, perasaan Hamid bercampur antara perasaan sedih dan gembira. Sedih sebab Zainab menderita fisik dan batin. Gembira karena Zainab mencintainya juga. Artinya cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Karena tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan ibunya. Hamid berencana kembali ke kampung halaman setelah menunaikan ibadah haji terlebih dahulu.

Namun Tuhan berkehendak lain. Hamid dan Zainab meninggal dunia sebelum mereka bertemu. Hamid yang meninggal di bawah lindungan Ka’bah dan Zainab meninggal di kampung halamannya dengan kerinduan dan cinta yang amat menyiksa perasaan masing-masing. Akhir cerita yang sangat mengharukan ketika tergambarkan dalam film ini bahwa raga mereka tidak bisa bersatu di dunia, namun jiwa mereka bertemu dan bersatu di bawah lindungan Ka’bah.


"Apapun yang akan terjadi, ingatlah bahwa ketika engkau tak punya siapa-siapa selain Allah,
Allah itu lebih dari cukup."


-Memmy-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar