Jumat, 18 November 2011

Happy Wedding Anniversary 7th (History - Story of of eluva)

Hari ini, tanggal 17 November 2011 merupakan hari yang bisa dikenang untuk Mas Eko dan Mbak Atie’. Mas Eko adalah mas kandungku satu-satunya yang sangat kusayangi, mbak Atie’ adalah istrinya, mbak iparku. Pada tanggal inilah, 7 tahun yang lalu hubungan mereka resmi dan halal dalam Negara maupun dalam agama. Rabu, 17 November 2004 lalu (4 Syawal 1425H) mereka menikah di Graha Niekmat Rasa, Solo setelah kurang lebih 6 tahun mereka saling mengenal, kadang jauh kadang dekat dan sempat Long Distance Relationship beberapa waktu. Ternyata memang kalau jodoh nggak kemana…

Aku memberi ruang di tulisanku untuk mereka karena mereka adalah pasangan yang kuteladani, yang menginspirasiku.

Mereka berdua bertemu dalam sebuah organisasi di kampus (Senat Mahasiswa), mas Eko menjadi ketua organisasi dan mbak Atie’ menjadi sekretarisnya. Karena sering ketemu, mereka kemudian saling suka. Dulu waktu Mas Eko masih kuliah, aku, bapak dan ibu beberapa bulan sekali mengunjungi mas Eko di kost nya dan menginap beberapa malam. Waktu itu aku masih duduk di kelas 5 SD (tahun 1998). Mas Eko memperkenalkan Mbak Atie’ kepada kami “Ini temanku, Pak, Bu, Mem. Namanya Fitri” (nama panggilan lain dari Mbak Atie’). Aku, bapak dan ibu menganggapnya biasa saja. Tapi ngga lama setelah itu, mas Eko cerita kalau hubungan mereka sudah jadi “teman dekat”. Aku seneng-seneng aja sama Mba Atie’, orangnya menurutku kalem, baik dan pintar. Tapi lama-lama aku merasa takut dan kehilangan Mas Eko. Maklum, kami hanya 2 bersaudara, aku sayang banget sama mas Eko, kami dekat sekali, sering tidur bareng, aku sering dipeluk, sholat berjama’ah, mas Eko suka iseng jahil dan godain aku, nasehat-nasehatin aku, tempat mencurahkan hati dan memberikan solusi hingga membantuku dalam urusan apapun, bahkan untuk tugas sekolah. Waktu aku mengunjungi mas Eko di Yogya, dia selalu mengajakku jalan-jalan ke Malioboro, pusat-pusat keramaian dan wisata lainnya. Mengajakku ke kost teman-temannya dan mengenalkan aku dengan teman-kuliahnya. Mengajakku ke lembah UGM minggu pagi untuk olahraga bareng, melihat dia berlatih basket, ke sunmor. Hal itu kami lakukan bertiga, aku, mas Eko dan Mbak Atie’, kadang Ibu juga ikut. This picture have a title "Mereka pun pernah muda".


Singkat cerita perjalanan semasa kuliah mereka telah selesai. Mbak Atie’ lulus duluan karena memang Mbak Atie’ setahun lebih dulu tahun masuknya daripada Mas Eko. Mbak Atie’ menjadi dosen di salah satu Universitas Swasta Fakultas Farmasi di Surakarta. Sampai ketika Mas Eko sudah menyelesaikan studi sarjana pada 19 November 2002 dan profesi Apotekernya pada 4 Agustus 2003, Mas Eko memulai kariernya sebagai Lecture Assistant (Asisten Dosen di Universitas dan fakultas yang sama dengan tempat kerja Mbak Atie’) selama beberapa bulan, dan akhirnya mereka harus berpisah tempat. Tepatnya tanggal 9 Januari 2004, Mas Eko akan memulai hidup barunya, untuk bekerja sebagai seorang Abdi Negara di instansi pemerintah sesuai bidang ilmunya di Manado. Waktu itu, pukul 5 pagi aku, bapak ibu, budhe, mbak Atie’, dan teman-teman kost Mas Eko (Whisper = Whisma Perjaka Ting-Ting) mengantarkannya ke Bandara Adi Sucipto. Kami semua haru akan kepergian Mas Eko dan aku melihat Mbak Atie’ dan Mas Eko sedih sekali atas perpisahan mereka (Ekspresi = nangis, hehehe). Setelah mereka menikah Mbak Atie’ menceritakan bahwa hubungan mereka waktu itu kritis, sementara keluarga Mbak Atie’ tidak menginginkan Mas Eko bekerja di tempat yang jauh “Rezeki di Jawa masih banyak, mengapa harus sampai ke luar Jawa untuk mencari rizki?” Mas Eko menjawab “Memang masih banyak rezeki di Jawa, tapi jika rezeki itu bukan hak ku, aku ngga akan mengambil hak orang lain”. Dengan keyakinan dan kekukuhan hatinya, ia pun berangkat ke Manado. Mbak Atie’ pun melepaskannya dengan ikhlas, “jika memang kita berjodoh kita pasti bisa bersama, Mas. Kalaupun di sana kamu kecantol sama orang, aku ikhlas” (cerita Mbak Atie’ seperti itu, ah... yang beneeer? hehehe). Ini foto awal Mas Eko merantau di Manado.


Dengan penghasilan pas-pasan, 3 bulan ngga gajian. Ke kantor kadang dia jalan kaki, maem bareng di rumah temannya, dan kesederhanaan lain. Manis getir, lika liku hubungan mereka, akhirnya Allah masih menjodohkan mereka. Setelah kurang lebih 10 bulan berhubungan jarak jauh, November 2004 Mas Eko pulang ke Jawa untuk lebaran sekaligus menikahi gadis yang dicintainya selama beberapa tahun itu. 4 Syawal 1425H, hari Rabu, 17 November 2004 mereka bertemu lagi di pelaminan. Akhirnyaaa… menikah juga kalian. Akad nikah pada hari itu juga di Graha Niekmat Rasa jam 08.00 dengan lafal ijab qabul menggunakan bahasa Arab. Setelah itu dilanjutkan resepsi hingga waktu dzuhur acara selesai.

Ada kebahagiaan sekaligus kesedihan pada hari itu. Kebahagiaan atas pernikahan Mas Eko dan Mba Atie’, dan kesedihan karena 2 mobil pengiring manten dari Rembang yang dinaiki budhe, sepupuku, dan kerabat serta tetangga dekat kami yang ingin memberikan do’a restu di pernikahan Mas Eko, sampai akhir acara resepsi ngga sampai juga di gedung. Aku tahu hal ini pada saat acara berlangsung, bahwa mobil pengiring kecelakaan di Sumber Lawang kurang lebih jam 05.30, 1 mobil rombongan pengiring menabrak orang yang sedang naik sepeda motor hingga meninggal dunia dan beberapa penumpang mobil luka parah, salah satunya adalah budhe Sri mengalami patah tulang di kaki dan daging kakinya mengelupas, budhe Nanik mengalami patah tulang di tangan, tetanggaku mengalami luka dalam di bagian perut yang segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat (RS Islam dan Orthopedi, Solo) dan penumpang lainnya mengalami luka ringan (memar), mobil mengalami kerusakan berat, sopir kami dan mobil ditahan di kantor Polisi. Acara berlangsung dengan lancar, bapak, om dan saudara-saudaraku yang lain tidak memberitahukan musibah ini ke ibu, pengantin dan keluarga Mbak Atie’. Setelah selesai acara, baru kami memberitahukannya.
Barakallahulaka wabaraka’alaika wajama’abainakuma fii khoiir…

Beberapa hari setelah menikah, Mas Eko kembali bekerja di Manado, Mbak Atie’ juga melanjutkan rutinitasnya bekerja di Solo. Tapi mereka hanya bisa bertahan beberapa bulan untuk berpisah. Januari 2005, Mbak Atie’ mengejar cintanya ke Manado. Meninggalkan profesi dosennya, menjadi istri yang setia mendampingi suaminya. Bener-bener keputusan yang hebat. Mereka tinggal mengontrak di RSS. Hingga Mbak Atie’ hamil 8 bulan anak pertama, diterima di salah satu perusahaan BUMN di bidang ilmunya dan melahirkan keponakanku yang pertama, Mahija Aqila Khalfani (Alif) pada 28 Oktober 2005. Niat ke Manado untuk mengejar Cinta, Cinta terkejar, Cita pun didapat. Waktu hamil anak kedua mereka, mereka harus berpisah karena Mbak Atie’ promosi jabatan dan bertugas di Gorontalo, kurang lebih 8 jam dengan perjalanan darat dari Manado. Terlihat cukup mengharukan perpisahan mereka, badan Alif, Mbak Atie’ dan Mas Eko mengurus, Alif sering sakit karena kangen Abi-nya yang dua minggu sekali di weekend baru bisa bertemu dengannya. Alhamdulillah keadaan ini ngga bertahan lama, kurang lebih 6 bulan Mbak Atie’ bisa pindah tugas di Manado lagi.

Kemudian lahirlah si cantik Asa (Mazaya Asya Ghaisani) pada 18 Februari 2008. Karena program kejar rezeki (banyak anak, banyak rezeki), ngga lama setelah itu lahir anak ketiga mereka pada Juli 2009, cowok yang bernama Maulana Muhammad Azzam (Azzam). Hingga saat ini mereka hidup bahagia dengan tiga keponakanku yang lucu, cakep dan cantik, cerdas dan insyaAllah sholeh dan sholehah. Alif sekarang duduk di kelas 1 SD Islamic Center Manado sebagai lanjutan dari TK Islamic Center Manado. Selama TK dan SD, Alif memperoleh predikat sebagai juara kelas dan juara umum atas prestasi akademisnya. Bakatnya mulai terlihat untuk menjadi da’i cilik. Ramadhan kemarin, Alif mengikuti lomba da’i cilik, dan dipengalaman pertama dia mengikuti lomba, Alif bisa menyandang sebagai juara kedua yang kemudian Alif dan Abi serta Ibunya mendapatkan kesempatan untuk tampil dan diwawancarai di salah satu stasiun TV lokal di Manado. Alif beberapa kali memberikan taushiyah di masjid-masjid. Dan InsyaAllah Januari mendatang Alif mendapatkan kesempatan memberi taushiyah di Tabligh Akbar se-Provinsi Sulawesi Utara. Semoga kalian menjadi anak-anak yang sholeh/ sholehah dan cerdas ya, Nak…

Ini fotonya 3A, juniornya 2A. The Cool, Beautiful and Charming...


Itu aja yang ingin kusampaikan tentang history dan story dari perjalanan mengejar cinta dan citanya Mas Eko, Mbak Atie’ dan keluarga kecilnya yang mereka menyebut dirinya 5A (Abi, Atie', Alif, Asa, Azzam). 6A nya tunggu aku yaa, hehehe... Kalian sangat menginspirasiku. Semoga keluarga kecilku kelak seperti kalian. Semoga kebahagiaan, limpahan nikmat Allah dan semua kebaikan selalu menyertai kalian. Aamiin…

Salam sayang selalu dari adik, tante kalian…

-Memmy-

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. subhanallaah walhamdulillaah wa Laa ilaaha illallaahu allaahu akbar. Allahumma shalli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'alaa ali Sayyidina Muhammad...
    Ya Allah, muliakan kami serta orang-orang yang mencintai kami dan kami cintai karena kemuliaanMu memberi kekuatan dalam menjalani hidup. Jadikan kami senantiasa bersyukur bersama pasangan yang telah Engkau pilih & tetapkan untuk kami. Kami bersyukur senantiasa atas keturunan yang Engkau amanahkan kepada kami sebagai penyejuk pandangan & hati kami juga sebagai penerus doa-doa kami kepadaMu. Ya Allah, berikanlah kebahagiaan pada kami dan keluarga kami, sempurnakanlah kebahagiaan ini dengan keridloanMu kepada kami

    BalasHapus
  3. keren tulisanya....hidup..owwwhh...temen FB to...owwhh anak geografi to...walah...:D... kunjungi punya ku juga mbak www.auliacs.blogspot.com

    BalasHapus