Jumat, 02 Desember 2011

Kapan Menikah?

Pertanyaan tersebut yang akhir-akhir ini sering saya dengar dan sering pula ditanyakan kepada saya. Pertanyaan yang sensible di usia saya sekarang ini. Usia saya sekarang 23 tahun, menjelang 24 tahun pada 5 Februari 2012 besok. Sedangkan warga Negara yang sudah diperbolehkan menikah adalah yang berusia 18 tahun ke atas untuk wanita. Berarti saya sudah cukup umur untuk menikah yah? Hehe…

Kalau dulu ada yang nanya : “Kapan kamu menikah?”
Jawabannya asal aja : “Bulan Mei. Maybe (baca : meibi) Yes, maybe No!”

Loh, piye toh? Masa nikah ga mau? Bukan begitu maksudnya, dulu belum bisa tergambar dengan jelas bagaimana proses menuju pernikahan dan kehidupan setelah itu. Sekarang, karena tuntutan usia, tuntutan orang tua dan tuntutan-tuntutan yang lain-lainnya akhirnya harus difikirkan dan diselesaikan pertanyaan ini.

Tulisan ini adalah inspirasi tanggal 11 bulan 11 tahun 2011 (111111) kemarin, banyak yang menggunakan tanggal itu sebagai hari peresmian jalinan cinta atau hari pernikahan. Di status bbm, display picture, status facebook, posting, dan sebagainya menuliskan tentang tanggal cantik ini. Tak ketinggalan pada pagi hari itu salah seorang teman saya menanyakan hal itu juga kepada saya via bbm : “Kapan nikah, Mem?”

Karena sedang agak repot kerja, saya jawab dengan kilat, singkat, padat dan jelas : “As Soon As Possible :) “ (awas aja yah kalo masi cerewet nanya ini itu. Untungnya dia ngga nanya-nanya lagi. Hehehe)

Jawaban yang sudah berbeda dengan sebelumnya.

Jika ditanya : “Kamu pengen menikah?” Jawab saya : “Ya jelas pengen dong…”
Udah berkeliaran di angan-angan, memakai baju kebaya putih, ijab qabul, duduk di pelaminan beberapa jam jadi pusat perhatian, berpandangan dengan suami, berfoto dengan keluarga dan kerabat, badan pegel-pegel karena perut membesar, menggandeng anak kecil, piknik sekeluarga, berkunjung ke mertua dan sebagainya kebahagiaan sebuah pernikahan.

Di kantor, atasan juga sering menanyakan tentang hal ini. Beberapa hari yang lalu, ada mahasiswi (adik kelas) yang ke ruangan saya untuk mengurus keperluan lapangan untuk skripsinya. Dia sedang hamil anak keduanya.

Atasan berkata kepada saya : “Mey, itu adik kelasmu aja udah berani nikah dan lagi hamil anak keduanya. Kamu kapan?”

Saya menjawabnya dengan senyum saja, karena kalau dijawab panjang lebar bisa panjang lebar juga urusannya.

Untuk menikah, niat saja tidak cukup. Harus nekat. Niat dari dulu sudah ada, tapi nekat yang belum. Karena kalau alasan belum menikah karena belum siap, besok-besok pun pasti akan seperti itu terus. Bagaimana cara memperoleh kesiapan? Ya harus “sedikit” nekat itu tadi.
Tapi nekatnya masih dalam batas pertimbangan dan kewajaran.

Saya adalah seorang yang aktif, mobile, berkeinginan kuat untuk bisa selalu berkembang, mandiri dalam hal bisa kemana-mana dan berbuat sesuatu sendiri. Tentang karier, saya tidak ingin berlebihan, ada kesibukan, otak bisa berfikir dan berkembang terus saja cukup.

Meniatkan menikah untuk ibadah, menyempurnakan setengah agama, membangun keluarga yang sederhana dan harmonis, dengan seseorang yang ku cintai dan mencintaiku. Itu saja niat saya untuk menikah. Sementara ini saya genggam niat tersebut sampai hari bahagia itu datang kepada saya. Jadi, tidak perlu bertanya terus kapan saya akan menikah? Dengan siapa? Just wait my wedding invitation, yah…! As Soon As Possible :)


-Memmy-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar